muhasuh

muhasuh
situgintung

Tuesday 19 October 2010

Bagaimana Sikap Kita Terhadap "Perpecahan" Ummat Islam*)

I. Pendahuluan
   Memberikan definisi ukhuwah islamiyah bukanlah suatu pekerjaan mudah. Sebabnya, antara lain, istilah ini bukan hanya menyangkut sikap lahiriah, melainkan juga sikap batiniah. Tetapi, paling tidak kita dapat memberikan gambaran tentangnya, sebagaimana Rasululloh. Rasululloh menggambarkan ukhuwah Islamiyah dengan contoh-contoh, misalnya: "Muslim yang satu dengan yang lainnya seperti suatu bangunan yang saling kuat-menguatkan", atau dalam hadits lain disebutkan "sebagai satu tubuh yang apabila satu bagian sakit, yang lain akan ikut merasakannya".

   Ukhuwah islamiyah dapat terbentuk manakala ada pengikatnya, seperti firman Alloh : "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Din) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Alloh orang-orang yang bersaudara ; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (QS 3:103).

    Ayat di atas menggambarkan kepada kita betapa Alloh melarang terjadinya tafarruq dan digambarkannya kondisi ummat terdahulu. Karena berpegang teguh kepada Kitab Alloh, Alloh telah menanamkan cinta dan ketulusan sebagai pengganti benci dan kekotoran. Alloh mengingatkan mereka kepada persaudaraan yang telah dibentuk karena iman kepada Alloh, nikmat yang dianugerahkan Alloh atas mereka. Berakhirlah peperangan yang berat. Nikmat Alloh mempersatukan di dalam jiwa mereka: perasaan, kehendak, dan kemauan untuk mewujudkan cinta yang tinggi. Dengan ketulusan dan berkasih-kasihan dan saling membantu. Syiar mereka adalah takwa kepada Alloh dan bermanfaat bagi manusia.

    Namun dalam perjalanan riilnya, ukhuwah terasa sukar sekali untuk diwujudkan. Dari waktu ke waktu justru antar ummat islam saling caci-mencaci curiga mencurigai bahkan saling bunuh membunuh.
 

II. Sejarah Timbulnya Perpecahan Ummat
    Melihat kondisi perpecahan yang ada dan agar kita mampu mewujudkan ukhuwah islamiyah, maka sudah selayaknyalah kita menghindarkan hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya perpecahan dan kembali kepada Qur’an dan Sunnah. Namun demikian hal ini tidaklah mudah sebab dalam tataran penafsiran seringkali banyak perbedaan antara penafsir satu dengan penafsir yang lainnya. Secara harfiah kembali pada Al-Qur’an berarti kembali kepada hal yang disepakati bersama. Tetapi dalam hal petunjuk untuk pengambilan keputusan hukum ayat -ayat Al-Qur’an tidak seluruhnya Qath’i; sebagian diantaranya bersifat Zhanni - artinya memungkinkan penafsiran yang bermacam-macam. Demikian juga sebaliknya dengan As-Sunnah.Perpecahan diantara ummat Islam, seperti yang disebutkan di atas, bukan merupakan suatu gejala baru melainkan sudah tercatat oleh sejarah sejak awal-awal perkembangan Islam. Untuk menilik apa yang menjadi penyebab perpecahan, penulis akan mengutip pendapat Jalaludin Rahmat : Bila berpegang pada tali Alloh merupakan syarat terwujudnya ukhuwah, maka meninggalkan tali Alloh dan berpegang pada "tali-tali" atau ikatan selain Alloh adalah sebab "tafarruq". (QS 6:153). Al-qur’an menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan orang islam meninggalkan ikatan (jalan) Alloh adalah :Dalam perspektif sejarah, ukhuwah Islamiyah telah menghadapi ancaman ketika meledaknya gejolak sosial pada masa kekuasaan khalifah ketiga Usman bin Affan (644-656) yang membawa terbunuhnya Khalifah yang sudah tua ini. Kemudian tampil Ali bin Abi Talib sebagai Khalifah yang keempat dari deretan al khulafa al-rasyidun. Ali sebagai seorang idealis tangguh ingin mengembalikan wibawa kekhalifahan sedemikian rupa seperti pada masa dua khalifah yang pertama, tapi kedatangannya sudah terlambat. Ukhuwah Islamiyah telah terlanjur retak. Pada masa beliau telah terjadi beberapa peperangan yang makin mencoreng lembaran sejarah ukhuwah islamiyah, yaitu terjadinya perang antara Aisyah isteri Nabi dengan Ali yang dikenal dengan perang Jamal. Lalu terjadinya perang Shifin antara pihak Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung oleh Amr bin Ash dan Pihak Ali bin Abi Thalib pada tahun 657. Beberapa tahun setelah itu di Padang "Karbala" terjadi "pembantaian" Hussein bin Ali beserta pengikutnya oleh pasukan Yazid bin Muawiyah. Dikatakan sebagai "pembantaian" sebab disamping jumlah pasukan yang tak seimbang, Kepala Hussein bin Ali pun dipenggal dan dipertontonkan kepada masyarakat


III. Sebab-Sebab Terjadinya Perpecahan
    

1. Pengetahuan Islam yang kurang (5:14)
    Perpecahan (tafarruq) terjadi karena ummat islam mengambil islam sepotong-sepotong. Satu kelompok menekankan dimensi ritual, dan melupakan dimensi sosial. Kelompok lain membesar-besarkan dimensi mistikal, dan mengabaikan dimensi ideologikal.

2. Kedengkian diantara sesama kaum Muslimin (42:14 jo 2:213; 3:19; 45:17)
   Prestasi suatu golongan lain - yang seharusnya mendorong golongan lain untuk juga berprestasi sama - malah menimbulkan iri pada golongan lainnya. Tidak jarang, ketika satu golongan Islam dizalimi, golongan lain berusaha mencari muka kepada pihak yang menzalimi. Pada tahap individual, sering mubaligh memfitnah mubaligh lain hanya karena persaingan popularitas. Penyebab kedengkian lainnya boleh jadi kedudukan, pangkat, atau kekayaan.

3. Tidak mau menggunakan akal (Al-Hasyr (59):14)
    Islam menempatkan akal pada posisi yang sangat penting, tetapi betapa seringnya akal dikesampingkan. Bukankah tidak logis orang mempertentangkan yang sunnah (seperti Shalat Tarawih) dan melakukan yang haram (seperti memutuskan silaturrahiim)? Bukankah tidak logis bersikapsangat keras terhadap kaum Muslimin dan sangat lembut terhadap orang kafir? Perbedaan pendapat akan selalu terjadi bila emosi dan bukan rasio - fanatisme golongan dan bukan akal sehat - dipakai untuk menyelesaikan perbedaan itu.

4. Kecintaan Pada Dunia (3:152)
    Ayat ini turun pada waktu perang Uhud, ketika sebagian shahabat melanggar perintah Rasul karena tertarik dengan barang ghanimah. Peristiwa yang sama sering terjadi dalam sejarah islam .

5. Tidak menyerahkan kepercayaan atau Kepemimpinan kepada kaum Muslimin lagi 
    (QS Hud (11 ):116)
    Perselisihan terjadi karena rahmat Alloh tidak diberikan. Perselisihan tidak akan terjadi pada orang-orang yang dirahmati (QS 9:71)

IV. Sikap Menghadapi Perpecahan
     

Namun demikian dalam menghadapi perpecahan (‘perbedaan’) ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Sepakat pada yang qathi, siap berbeda pada yang zhanni
    Hukum fiqih dibagi dalam 2 (dua) bagian besar, pertama berkenaan dengan pokok-pokok akidah, ibadah, dan muamallah yang disetujui bersama - apapunmazhabnya. Kedua, bertalian dengan cabang-cabang (furu’) dari pokok-pokok di atas yang memungkinkan terjadinya perbedaan.

2. Berpikir dengan prinsip tarjih, beramal dengan prinsip silaturrahim
    Bila terjadi perbedaan faham atau penafsiran pada hal-hal yang zhanni, kita harus menguji perbedaan faham itu lewat ukuran-ukuran naqli dan aqli. Memilih pendapat yang paling kuat inilah tarzih. Tetapi betapapun kuatnya, pendapat itu tetap zhanni. Ditengah-tengah ummat, keyakinan kita harus diamalkan sejauh tidak merusak keutuhan ummat atau tidak mendatangkan mudharat (prinsip silaturrahim).

3. Ijtihad bagi ulama dan taqlid bagi awam.
    Membedakan mana yang qathi dan zhanni, mengkritik hadits, melakukan tarjih bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Al-qur’an yang mengajarkan persamaan dengan tegas mengatakan :"Katakanlah apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Tidakkah kalian pikirkan? (13:16) jo(Fathir : 19; 39:9; 58:11.)

V. Penutup
    Demikianlah sekilas tentang perpecahan dan sikap yang harus kita ambil. Pada bagian ini perkenankanlah saya bawakan hadits Rasululloh SAW mengenai doa permohonan Rasululloh kepada Alloh. Ake bermohon pada Tuhanku dengan tiga perkara, dua dikabulkan dan satu ditolek. Adapun yang dikabulkan adalah (1) agar ummatku jangan dibinasakan dengan musim kemarau dan (2) agar ummatku jangan dibinasakan oleh wabah penyakit. Sementara yang ditolak adalah (3) agar jangan ada pertikaian diantara ummatku.

*) Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment