muhasuh

muhasuh
situgintung

Tuesday 30 November 2010

Hijrah (Bag 1)

“...sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...” (QS 13:11)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh : Muhamad Suharto

“Hijrah” dalam pandangan ummat islam merupakan sesuatu yang teramat penting dan tak mungkin untuk dilupakan, sebab ia merupakan titik awal perjuangan ummat dalam menegakkan nilai nilai tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari kota Makkah yang telah penuh dengan fitnah, intimidasi, kekerasan, pemboikotan, pengusiran, pembunuhan dan rencana pembunuhan terhadap Nabi SAW dan sepertinya tak ada ruang untuk bernafas bagi ummat Tauhid ini, maka Allah memerintahkan Nabinya untuk berhijrah ke kota Madinah yang penuh dengan harapan dan masa depan yang dijanjikan. Kedudukan kota Madinah sebagai kota yang penuh harapan tersebut, tidak serta merta terjadi melainkan melalui proses yang panjang yang dilakukan Nabi di kota Mekah melalui beberapa pertemuan dengan perwakilan masyarakat Medinah yang dikenal dengan Aqabah I dan Aqabah 2.

Dan dari proses Hijrah tersebutlah masyarakat Islam yang rahmatan lil alamin yang membawa “peradaban wahyu” yang menyibghoh (mewarnai) diri (pemerintahan) dengan shibghoh Ilahi dan yang memiliki “Izzah” (kewibawaan) terbentuk. Maka tak heran setiap datangnya tahun baru hijriah, sebagian besar ummat Islam senantiasa memperingatinya, dengan berbagai macam bentuk, baik yang berada dipelosok-pelosok kampung sampai ke perkotaan bahkan senantiasa diperingati dalam skala nasional (kenegaraan). Peringatan ini tidak lain dimaksudkan agar ummat kembali termotivasi untuk melakukan serangkaian perubahan yang mendasar dalam diri ummat itu sendiri agar terhindar dari intervensi dan “penjara” atau kungkungan kegelapan yang “sengaja’ diciptakan baik oleh ummat itu sendiri ataupun “pihak-pihak” yang tidak menghendaki bangkitnya kembali ummat Islam dalam percaturan kehidupan dunia. “Intervensi” dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai asing ke dalam nilai-nila Ilahi,dengan maksud menyingkirkannya/ meminggirkannya, sehingga nilai Ilahi bukan lagi menjadi pegangan bagi ummat dalam meniti kehidupannya. Sementara itu “Penjara” dibuat agar ummat tidak dapat bergerak bebas dalam menjalankan perintah-perintah Ilahi. Hal ini dilakukan dengan menyibukkan dan membiarkan serta memberi ruang yang lebar kepada ummat dengan hanya “pendekatan vertikal” saja, dan menjauhkannya dari percaturan perpolitikkan dan kehidupan sosial. Sementara kungkungan kegelapan dilakukan dengan jalan menciptakan tahayul, bid’ah dan churafat (TBC) ditengah-tengah ummat, sehingga ummat buta dan membabibuta pada hal-hal yang tidak diajarkan oleh Islam. Jadilah ummat terbuai terus menerus dengan mimpi indah kejayaan masa lampau dan anggapan keusangan ajarannya.

Namun peringatan tinggalah peringatan, ia hanya sebatas seremonial belaka yang dikumandangkan dimimbar-mimbar tanpa aksi melakukan proses menuju hijrah itu sendiri. Maka jadilah peringatan-peringatan hijrah yang diselenggarakan setiap tahun sepertinya hambar dan sekedar basa basi serta hanya bernostalgia akan keberhasilan masa lalu. Dan kalau hanya sampai pada kondisi seperti itu, maka peringatan hijrah pastinya tidak akan mampu mengangkat “harkat dan martabat” ummat dalam kehidupan di dunia sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh generasi awal ummat. Ummat islam tetap saja hidup dalam tekanan dan “tertekan”, sekalipun ia hidup di dalam sebuah wilayah yang “mayoritas” beragama islam. Ummat bagaikan ikan yang dipaksa hidup di darat dengan tetesan air. Menggelepar, mati tidak, hidupun tidak.

Tengoklah kehidupan yang dihadapi oleh ummat dibelahan bumi manapun, ummat hampir TIDAK memiliki harga diri ketika berhadapan dengan bangsa-bangsa lain. Lihatlah misalnya Bumi Palestina yang terus bergolak dan menjadi tempat “latihan tempur” Zionis Israel. Mereka dibiarkan sendiri menghadapi satu kekuatan yang memiliki persenjataan dan dana yang tak terhingga. Sementara itu pemimpin-pemimpin Islam yang seharusnya membantu mereka diam seribu bahasa bahkan seringkali kongkalikong” dengan bangsa penjajah.

Dengan kondisi seperti itu membuat bangsa-bangsa lain makin berani dan berulah, menekan dan mengontrol kehidupan ummat ini. Mereka bebas mempersepsikan ummat dengan persepsi mereka sendiri, maka muncullah sentimen-sentimen negatif dan kontrol penuh pada kehidupan ummat.

Dalam kaitannya dengan sentimen negatif misalnya, tekanan yang dilakukan adalah dengan memandang sinis kepada setiap pemeluk islam. Pemeluk islam dianggap sebagai ancaman atas eksistensi mereka, atau setiap pemeluk islam adalah potensi pencipta terror di masyarakat dan sekaligus “makanan” empuk untuk dibantai tanpa ada yang peduli sedikitpun. Kenyataan ini terlihat dari pandangan-pandangan “dunia” terhadap islam. Cap teroris misalnya, hanya dilekatkan kepada pemeluk islam,dan kita tidak pernah mendengar adanya teroris Budha, teroris katolik, teroris protestan, teroris hindu, teroris shinto dan lain-lainnya. Bahkan ummat yang sedang mengusahakan kemerdekaan dari penjajahan bangsanyapun dicap sebagai teroris atau ummat yang sedang mengusir penjajah dari negerinya yang berdaulat tetap saja di cap sebagai teroris. Sementara mereka yang mengagresi negeri dan membantai “umat” islam dan bahkan melakukan teror di dalam negeri ummat islam tidak pernah dicap sebagai teroris. Atau misalnya penindasan terhadap suatu kaum yang bukan ummat islam yang terjadi puluhan tahun silam, sampai hari ini pelakunya terus dikejar dan dicap sebagai penjahat perang. Sementara perlakuan yang amat bengis bangsa Spanyol terhadap ummat Islam, yang kebengisannya melebihi kekejaman manapun manusia di dunia ini dibiarkan berlalu. Atau yang masih segar dalam ingatan kita adalah kasus Bosnia.

Sementara itu tekanan yang dihadapi umat dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih “ganas” lagi. Ummat seakan “dipaksa” untuk menjauhi segala sesuatu yang berlandaskan nilai-nilai Ilahi. Produk-produk budaya yang tidak sesuai bahkan dengan nilai lokal sekalipun terpaksa harus ditelan mentah-mentah, sebab produk-produk tersebut memang dipaksa melenggang masuk ke rumah-rumah ummat, bahkan sampai ke tempat yang pribadi sekalipun. Umat tidak memiliki saringan sebab ummat sudah terbebani oleh kebutuhan-kebutuhan duniawi yang makin hari makin menohok mereka. Lebih-lebih generasi muda dari ummat, generasi yang diharapkan mampu membawa beban kini malah menjadi beban itu sendiri, mereka sudah terbius tanpa daya oleh kesenangan-kesenangan sesaat. “Pergaulan bebas” sudah dikenal oleh mereka dari tingkatan pendidikan yang terendah sampai perguruan tinggi. Tengoklah acara-acara sinetron kita, exploitasi terhadap kaum muda begitu merajalela, padahal kebiasaan mereka menjadi contoh bagi sebagian besar kaum muda diseluruh pelosok.

Dengan kondisi tersebut, berat rasanya bagi umat untuk dapat bengkit dari keterpurukan, dan dari mimpi yang tengah membuai dirinya dalam rangka menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.

Untuk itulah dalam rangka menyongsong masa depan yang lebih baik, ummat harus meyakini bahwa perubahan PASTI terjadi manakala mau mengubah sikap dan prilaku ke arah yang lebih baik (QS 13:11)

Dan perubahan ke arah yang lebih baik akan dapat kita lakukan manakala kita menyadari bahwa perubahan tersebut dapat terjadi bila kita memiliki semangat, tekad dan komitmen serta Flatform ke arah perubahan itu sendiri. Dengan kata lain kita harus merekonstruksi mimpi “HIJRAH”. Dari sekedar bangga akan masa lalu menjadi tahap-tahap dalam melakukan perubahan, yang dimulai dari diri sendiri.

Semangat, tekad dan komitmen itu adalah kembali (hijrah) secara total kepada “Nilai-nilai Qur’an” (“Ini adalah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”) dan “Hikmah” (“Sungguh telah ada pada diri Rasululloh itu contoh yang terbaik bagimu”) yang selama ini kita lupakan sebagai suatu Flatform. Keduanya harus menjadi rujukan dan pijakan dalam menjawab fenomena yang ada yang berkembang di tengah-tengah masyarakat bila kita ingin bangkit dari keterpurukan dan mimpi-mimpi disiang bolong dan meraih “izzah”. Dengan Al-Qur’an ummat akan terhindar dari tipu daya dan akan berlaku adil sebab ia memberikan petunjuk yang PASTI bukan abu-abu. Dan dengan “hikmah” ummat dapat becermin dalam menata bangunan-bangunan wahyu yang akan diwujudkannya. Dan bangkitnya umat dengan Qur’an dan Sunnah memiliki arti penting bagi tatanan kehidupan dunia, yaitu mengembalikan tatanan aturan pergaulan yang sejati, sebab ummat akan bersikap mengayomi negara miskin dan kecil secara adil, menghapus perbudakan modern dan intimidasi yang saat ini dipamerkan oleh “Hansip Dunia” (Baca: AS). Membawa kemakmuran yang selama ini di rampok dan dihisap oleh “Hansip Dunia” dan kroni-kroninya.

Kondisi seperti itu baru akan terwujud manakala ummat menyadari bahwa dunia membutuhkan mereka. Sehingga mereka merasa terpanggil dan berusaha sekuat tenaga untuk “berhijrah” dan menyibghah diri dengan shibgah Ilahi (QS 2: 138). Keterpanggilan ummat menjadi hal yang sangat utama, sebab hari ini penguasa dunia tidak mampu memberikan perlindungan, keadilan dan kemakmuran bagi penduduk dunia. Mereka asyik memperkaya diri sendiri dan membiarkan negera-negara miskin bergantung dan dihisap sumberdaya yang mereka miliki. Amerika dan sekutu-sekutunya tidak pantas dan tidak mampu menjadi “Khalifah Fil Ardh”, karena ia lebih mementingkan masyarakatnya sendiri. Keadilan hanya untuk bangsanya, demokrasi hanya untuk bangsanya, dan segala sesuatu hanya untuk bangsanya bukan untuk kemashlahatan dunia dan isinya.

(Bersambung)

2 comments:

  1. Lucky Club Review 2021
    Lucky Club is an online casino luckyclub operated by Toto, the parent company of the well-known band as to play their latest studio album, "Africa" on the Mega

    ReplyDelete
  2. WynnBET Promo Code | $1,001 First Deposit Match Bonus
    WynnBET Casino Bonus 전라북도 출장마사지 Code, Use Promo Code 전주 출장마사지 MAXBET 오산 출장마사지 for $1,001 First Deposit Match Bonus - New players get 100% match up to $500 on 전주 출장샵 your first 의정부 출장마사지

    ReplyDelete